MENINGGALKAN
AGAMA HINDU TIDAK AKAN PERNAH BISA MENCAPAI KESEMPURNAAN - KEBAHAGIAAN - SORGA
ATAU MOKSA
Oleh : Dr. IN. Guli Mudiarcana
Pindah agama meninggalkan Agama Hindu, sangat dilarang dalam agama Hindu. Mereka yang meninggalkan agama Hindu, untuk mencari “Tuhan lain” selain
dewa-dewa Hindu, mereka disebut : “disesatkan atau dikelirukan oleh pemikiran sesat kaum Raksasa dan Asura (Setan) yang mengeliru-kannya” (BG.VII.20 dan IX.12)
Imbalan bagi orang yang meninggalkan
agama Hindu untuk mencari Tuhan lain adalah: tidak akan pernah bisa mencapai
kesempurnaan, kebahagiaan, Sorga atau
Moksa sebagai tujuan tertinggi umat
Hindu. (BG. XVI.23)
PINDAH
AGAMA DISEBABKAN KARENA KURANGNYA PEMAHAMAN UMAT HINDU TERHADAP AGAMANYA DAN MENGANGGAP SEMUA AGAMA SAMA, PADAHAL SEMUA AGAMA TIDAK SAMA.
Ketidak perdulian
umat terhadap tattwa Agama Hindu adalah penyebab terbanyak umat
Hindu pindah Agama. Apalagi kaum wanitanya, mereka dibiarkan pindah Agama oleh
orang tuanya dengan alasan ikut suami.
Prinsip wanita ikut suami atau predana
ikut purusa sering disalah artikan dengan mem-biarkan anak gadisnya ikut laki-laki
mana-pun termasuk : mengikuti kaum Adharma, Raksasa ataupun Asura/ setan yang menipu umat manusia.
Yang dimaksud Predana ikut Purusa
adalah dalam kontek masih satu Agama yaitu Agama Hindu. Yang
dimaksud istri harus ikut suami bukan ikut Agama suami, atau membiarkan
anak gadis serta keturunan yang akan dilahirkan-nya menjadi pengikut kaum Adharma, melainkan terbatas pada ikut adat
istiadat keluarga suami yang masih berdasarkan atas Dharma (agama Hindu).
Misalnya seorang perempuan dari Bali di-ambil isteri oleh lelaki
dari Jawa, maka istri
wajib ikut adat istiadat suaminya yang dari Jawa. Tetapi
kalau lelakinya ternyata tidak beragama
Hindu, maka dilarang bagi si wanita
meninggalkan Agama Hindu seperti sabda Hyang Widdhi berikut:
Yah sastrawiddim utsrijya, wartate kamakaratah, na sa siddhim awapnoti, na sukham na param gatim.
Artinya
Mereka yang meninggalkan Weda (sastrawiddhim),mereka
dipengaruhi oleh nafsu duniawi, tidak akan pernah bisa mencapai kesempurnaan,
kebahagiaan dan tidak pernah bisa mencapai tujuan tertinggi (Sorga atau Moksa) (BG.XVI.23)
Sang Isteri justru diperintahkan
untuk me-ngajarkan
Weda kepada sang suami sebagai orang yang masih asing bagi Weda,
untuk mengikuti jalan Weda (Agama Hindu)
seperti mantra berikut
Yathemam vacam kalyanim avadani janebhyah, Brahma rajanyabhyam sudraya
caryaya ca svaya caranaya ca (Yayurveda
XXVI.2)
Artinya :
Hendaknya wartakan sabda suci ini ( Weda) kepada seluruh umat manusia, baik
kepada para Brahmana, para raja-raja maupun kepada masyarakat pedagang, petani
dan nelayan serta para buruh, kepada orang-orangku maupun orang asing sekalipun
Hyang
Widdhi memerintahkan umat Hindu untuk menyebarkan ajaran Hindu kepada se-luruh umat manusia. Seandainya ada Wanita
Hindu akan menikah dengan laki-laki yang bukan beragama Hindu, maka kewajiban si
Wanita untuk mengajari dan mengajak laki-lakinya (calon suaminya) agama Hindu se-perti perintah Hyang Widdhi tersebut diatas.
PINDAH AGAMA SERING TERJADI KARENA PEMAHAMAN YANG KELIRU ATAU SENGAJA
DIKELIRUKAN OLEH KAUM ADHARMA
Mereka yang dikendalikan oleh nafsu karena pengetahuannya
yang salah/keliru, pergi ke-tempat pemujaan dewa-dewa lain , mereka berpengang pada aturan menurut
cara-cara mereka sendiri (BG. VII.20).
Dewa-dewa lain yang dimaksud adalah Dewa-Dewa selain
Dewa-Dewa Hindu, artinya pergi
ke agama lain mencari tuhan lain dan
meninggalkan agama Hindu.
Dengan harapan yang sia-sia, perbuatan yang sia-sia,
pengetahuan yang sia-sia dan tanpa kesadaran, mereka mengikuti jalan keliru
oleh pengaruh jahat Raksasa dan Asura yang menyesatkannya (BG.IX.12)
Orang yang pindah agama atau meninggal kan Agama Hindu, sama artinya mencari Tuhan
lain. Mereka oleh agama
Hindu di-sebut : dipengaruhi/ ditipu
oleh Raksasa dan Asura (setan)
yang membawa ke jalan sesat.
Dalam agamanya yang baru sering diajar-kan atau mungkin ditemukan ayat-ayat
yang menghujat Weda dan Agama Hindu sebagai agama penyembah berhala,
agama politheis, menerapkan kasta-isme dan
agamanya kaum pagan dan lain sebagainya. Bahkan Bapak- dan Ibu
serta para leluhurnya yang beragama Hindu
disebut sebagai kaum kafir, sebagai ekpresi kebencian terhadap kitab Weda dan Hyang Widdhi, sehingga
menurut Hyang Widdhi, mereka yang meninggalkan agama Hindu dan membenci
agama Hindu kelak
Atmanya pantas dicampakkan ke Neraka.
Dalam BG. XVI.19 disebutkan :
Mereka yang kejam membenci Aku, adalah manusia yang paling hina, yang Aku campakkan tak henti-hentinya
penjahat itu ke dalam kandungan Raksasa.
Karena
meninggalkan Agama Hindu berarti tidak bisa lagi membayar 3 macam hutang (tri Rna), karena tidak lagi mengakui
adanya Tri Rna. Sering kita melihat orang yang sudah pindah agama disaat orang
tuanya meninggal dia datang memakai pakaian adat, dia kelihatan berdoa seperti
orang Hindu, padahal dia sudah tidak lagi beragama Hindu. Keluarga mereka
meneri-ma seolah-olah biasa-biasa saja tanpa beban, demikian
juga masyarakat tidak peduli.
Dalam
Manawa Dharmasastra VI.35 disebutkan :’
Kalau ia telah membayar 3 macam hutangnya (Hutang
kepada Hyang Widdhi, Hutang kepada leluhur dan hutang kepada orang Tua)
hendaknya ia menunjuk kan
pikiran untuk mencapai kebebasan terakhir. Ia yang mengejar kebebasan terakhir
tanpa menyelesaikan ke tiga macam hutangnya akan tenggelam ke bawah.
Dengan menganggap orang tua dan leluhur-nya sebagai
orang kafir, penyembah berhala, kaum pagan dls.
bagaimana mungkin anak- cucu yang dilahirkannya mau membayar hutangnya
kepada orang tua dan leluhurnya. Bahkan dalam catatan sejarah, tidak jarang
mereka memerangi orang tua dan keturunan leluhurnya yang lain yang masih setia kepada Agama Hindu, contohnya
: Raden Patah memerangi dan mengusir orang tuanya yang bernama Kertabumi. Raden
Kian Santang memerangi dan mengusir orang tuanya yang bernama Prabu Siliwangi.
Dalam Bhagawad Gita III.35 disebutkan :’ Lebih baik mengerjakan kewajiban sendiri
walaupun tidak sempurna daripada dharmanya orang lain yang dilakukan dengan
baik, lebih baik mati dalam tugas sendiri daripada dalam tugas orang lain.
Oleh karena itu apabila kita membiarkan anak
cucu kita meninggalkan agama Hindu, maka dipastikan dikemudian hari mereka akan menghujat kita dan
leluhur-leluhurnya, sebagai orang kafir, penyembah berhala, kaum pagan. dls.
BAHWA SEJAK
DALAM KANDUNGAN KITA TELAH BERAGAMA HINDU. NENEK MOYANG KITA JUGA BERAGAMA
HINDU. BAHKAN SELURUH UMAT MANUSIA PADA AWALNYA BERAGAMA HINDU SEPERTI DISEBUT
DALAM SELOKA BERIKUT :
Imam wiwaswaite yogam, proktawan
aham awyayam, wiwaswan manawe praha, manur ikswakawe’ brawit. Ewam parampara praptam, imam
rajarsayo widuh, sa kalena ‘ha mahata, yogo nastah parantapa. Sa ewa ‘yam maya
te’dya, yogah proktah puratanah, bhakto ‘si me sakha cati, rahasyam hy etad
uttamam (BG.1-3)
Artinya :
Ajaran abadi ini (weda) Aku turunkan kepada Wiwaswan, Wiwaswan mengajarkan kepada Manu, dan Manu menerangkan kepada Ikswaku. Demikian diteruskan turun temurun, para Raja resi mengetahuinya, ajaran ini lenyap di dunia bersamaan
dengan berlalunya masa yang amat panjang Yoga yang tua (Weda) itu pulalah yang Aku ajarkan kepadamu sekarang sebab engkau adalah
pengikut dan kawan-Ku, sesungguh-nya ini sangat rahasia.
Manu (yang menerima ajaran kitab Weda pertama kali)
adalah leluhur umat manusia sehingga seluruh keturunannya disebut Manusia. Kitab Weda yang diajarkan kepada beliau
inilah yang kembali diajarkan kepada Umat manusia saat ini.
YAKINLAH BAHWA WEDA BERASAL DARI HYANG WIDDHI,
PERINTAH-PERINTAHNYA MERUPAKAN
PETUNJUK JALAN BAGI UMAT MANUSIA.
Kitab suci agama Hindu (Weda) berasal dari Hyang Widdhi seperti dikatakan sendiri oleh
beliau dalam Bagawad Gita. XV.15 berikut :
Weda ntakrid wedawid ewa ca ‘ham
Artinya :
Akulah pencipta weda dan Aku yang mengetahui
isi weda.
Juga dinyatakan dalam Atharvaveda X.7.20 berikut:
Yasmad rco apataksan, yajur yasmad
apakasan, samani yasya
lomany atharvangiraso mukham. Skambham tam
bruhi katamah svideva sah.:
Artinya :
“Wahai
manusia, Rgveda lahir dari-Ku, yang merupakan prana-Ku dan dari-Ku juga lahir yajurveda yaitu hati-Ku, Sama-veda adalah rambut-Ku, Atharvaveda adalah muka-Ku. Katakan siapakah yang sebenarnya menciptakan Veda. Wahai manusia, Akulah dengan nama Skambham yang menciptakan veda itu”
Bahwa Weda berasal dari Hyang Widdhi juga dinyatakan oleh Hyang Widdhi
dalam RgWeda X.10.9 dan YayurWeda XXXI.7 :
Tasmad
yajnat sarvahuta, rcah samani jajnire,
chandamsi jajnire tasmad, yajus tasmad ajayata
Artinya :
“Wahai umat manusia, Rgveda, Samaveda,
Atharvaveda dan Yayurveda, berasal dari-Ku”
Kitab Weda disebut juga
Sastrawiddhi atau Sastra brahman karena berasal dari
Hyang Widdhi/Brahman/Tuhan YME, ini untuk membedakan sastra yang berasal dari pemikiran manusia,
seperti yang ditulis oleh para Mpu/ Rsi / Danghyang / Professor / Doktor / Ahli
agama / dsb. yang disebut Sastramanawa atau Dharmasastra.
Mereka yang mencela dan menyimpangkan kitab
Weda (sastrawiddhim), dan
tidak mengikuti ajaran Weda adalah orang-orang bodoh yang tidak tahu jalan kebenaran dan
kehilangan kesempatan untuk mengetahui kebenaran abadi (BG.III.32)
Mereka yang selalu mengikuti ajaran Weda dan selalu melaksanakan
perintah-perintah kitab Weda dengan penuh keyakinan dan bebas dari kepentingan
duniawi akan dibe-baskan dari perputaran karma/ Reinkarnasi. Seperti sabda awatara Wisnu-Sri Krsna, dalam Bagawad Gita.III.31 berikut :
Ye me matam idam
nityam anustisthanti manawah, sraddhawanto ‘nasuyanto mucyante te’pi karmabhih.
Mereka yang selalu
mengikuti ajaran-Ku dengan penuh keyakinan dan bebas dari keterikatan duniawi,
mereka akan dibebas kan dari belengu karma. (bebas dari kelahiran
kembali/Reinkarnasi).
Mereka yang selalu memuja Hyang Widdhi, dan selalu
berpikir tentang Hyang Widdhi, maka Hyang Widdhi berjanji akan menjaga apa yang
sudah mereka punya dan akan membawakan apa yang belum mereka miliki seperti
sabda berikut :
Ananyas cintayanto mam, ye janah paryupasate,
tesam nityabhiyuktanam, yogaksemam wahamy aham.(BG.IX.22)
Mereka yang selalu
memuja-Ku, merenung- kan Aku selalu, kepada mereka Ku bawakan segala apa yang mereka tidak
punya dan akan Ku lindungi segala apa yang mereka telah miliki.
Untuk bisa mendapat Anugrah dan restu Hyang Widdhi, maka kita harus selalu
men-sucikan diri kita dengan cara melaksanakan 4 (empat) perintah-Nya yaitu :
1. Beryadnya:melaksanakan panca yadnya dan Sembahyang kepada
Hyang Widdhi
2. Berdanapunia, bagi orang yang men-dapat rejeki lancar dan
bagi orang yang sedang bersyukur dan atau Mesesangi,
3. Bertapa Brata, mengendalikan pikiran, perkataan, perilaku
(trikaya parisudha), makan, minum dan nafsu seksual,
4. Karma : melakukan perbuatan
baik (subha karma) dan menghindarkan perbuatan tidak baik (Asubha karma)
Seperti sanda seloka berikut :
Yajna dana tapah karma, na tyajyam karyam ewa tat, yajno danam tapas
cai’wa, pawanani manisinam
(
BG. XVIII.5)
Beryadnya, berdana punia, Tapa dan
karma jangan diabaikan, melainkan harus dilaku-kan, sebab beryadnya,ber-danapunia, ber-tapabrata adalah
pensuci bagi orang arif bijaksana.
KESIMPULANNYA :
1. Meninggalkan Agama
Hindu (apalagi karena alasan ikut isteri atau ikut suami) tidak akan pernah
bisa mencapai kebahagia-an, kesucian, Sorga atau Moksa sebagai tujuan
tertinggi.
2. Pindah agama terjadi karena kurangnya
pemahaman orang tua/umat Hindu terhadap kitab suci Weda/Agama Hindu
3. Pindah agama terjadi karena pemahaman yang
keliru atau sengaja dikelirukan oleh kaum adharma (baik untuk kepentingan pemurtadan
terhadap Hindu, maupun ke-pentingan bisnis/dagang dengan dalih agama) yang
secara perlahan ingin meng konversi umat
Hindu.
4. Umat Hindu harus yakin bahwa kitab Weda
berasal dari Hyang Widdhi, pe-rintah-perintahnya merupakan tuntunan bagi umat manusia untuk mencapai ke-sempurnaan, kebahagiaan dan tujuan tertinggi
5. Supaya mendapat
anugrah dari Hyang Widdhi kita harus
selalu melaksanakan : Yadnya, Danapunia, Tapabrata, Karma.
JALAN KELUAR
1.
Tatwa agama supaya mendapat porsi yang layak, karena selama ini keagama-an kita
didominasi oleh bidang
Upakara. Seperti diketahui gama Hindu berdiri di atas 3 (tiga)
kerangka dasar yaitu : Tattwa, Etika dan Upakara, ketiganya harus berjalan
seiring dan seimbang.
2.
Memberdayakan sulinggih
dan pinandita dalam hal tattwa dan pewartaan agama. Karena Sulinggih dan Pinandita sebagai panutan Umat,
sehingga apa-pun yang di-wacana-kan oleh sulinggih dalam hal agama dan upakara akan
dijadikan acuan oleh umatnya.
Om Santi….Santi….Santi….Om
Bacaan terkait :
ILMU
SOSIAL
ILMU
SOSIAL
ILMU PSIKOLOGI
TENTANG HINDU
http://parisadhaoku.blogspot.com/2014/01/meninggalkan-agama-hindu-tidak-akan.html http://www.encyclopediaofauthentichinduism.org/articles.html
BABAD
Terimakasih Dr. IN. Guli Mudiarcana. Tulisan ini sungguh mencerahkan!
BalasHapusSemoga dapat tersebar meluas di seluruh Nusantara!
Suksme I ketut Adnyana
HapusBagaimana jika kita saling mencintai tetapi beda agama?misalnya saya beragama A dan pasangan saya beragama B dan kita sama sama yakin dengan agama kita masing masing.Bukankah semua agama mengajarkan kebaikan?Bukankah Tuhan bersabda Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti yang artinya Tuhan itu satu tapi orang bijaksana menyebutnya dengan banyak nama,itu berarti kan Tuhan itu bisa disebut Allah ,Tuhan Yesus dsb.Dan apakah mereka yang taat menjalankan ajaran agamanya itu tidak baik??Saya mohon penjelasannya dari admin.Terima Kasih.
BalasHapusApa pun agamamu yang penting kamu tidak menyakiti orang lain menurut saya begitu. istri saya orang hindu sebelumnya skrg pindah kristen. Agama jg harus mengikuti perkembangan jaman ngak boleh kaku menurut saya, tuhan tidak pérnah membuat agama. Hanya manusia yg memecahnya. Kembali ke pribadi masing2. Kalau ditanya surga kayak apa? Juga ngak ada yang tau. katanya gini katanya gitu... so jalani saja sewajarnya dan tetap berbuat baik... salam damai
BalasHapus