Setelah
beberapa tahun keturunan Kiayi Gusti Agung Pasek Gelgel tinggal di Banjar
Pengaji desa Madenan – beliau diberi kuasa atas tanah bekas desa Alas Gunug
Sari dengan batas-batas :
1. Di sebelah utara berbatasan dengan
hutan Aas Ningkang.. Diberi nama Aas
Ningkang karena pohon Beringin yang tumbuh disana akarnya melangkahi jalan yang
menuju sumber air (bulakan) yang terdapat disebelah timur pura Dalem.berjarak
sekitar 100 meter. Di hutan ini terdapat Pura Dalem desa Madenan
2. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Sangambu
3. Sebelah timur berbatasan dengan
Tukad Mejan (batas desa Kutuh-Bangli)
4. dan di sebelah barat berbatasan dengan
tukad Yeh Song- desa Gentuh.
Di Sebelah
utara batas tanah Kiyayi Gusti Agung Pasek Gelgel terdapat 2 (dua) sumber air
(Bulakan) yaitu Yeh Bakung dan Yeh Aas
Ningkang. Di Yeh Bakung dahulu didirikan pelinggih yang diempon oleh sekehe
Subak Bakung, Pengantungan tali dan
sekitarnya.
Di Aas
Ningkang terletak Pura Dalem Desa Madenan dan di Yeh Aas Ningkang - sekarang
dikenal dengan namaTaman Sari dan telah berdiri pura pedadyanan Mandala. Karena
ditempat tersebut I Gusti Ayu Surung bersembunyi sampai ditemukan oleh pemilik
tanah Pengantungan tali.
Diceriterakan
- suatu ketika sehabis memeriksa batas-batas tanahnya di pengantungan Tali-sampai
ke Bakung, Pasek Gelgel Banjar Pengaji
desa Madenan bermaksud mandi dan mengambil air di Yeh Aas Ningkang, (berjarak sekitar 150 meter dari batas tanah
Kiyayi Gusti Agung Pasek Gelgel. Di
Bulakan tersebut dijumpainya seorang wanita hamil sedang menangis sedih
sendirian. Oleh Pasek Gelgel Banjar Pengaji wanita tersebut di dekati dan
ditanya siapa gerangan dan dari mana asalnya, setelah I Gusti Ayu Surung
menceritrakan riwayat dirinya dan peristiwa yang menimpa keluarganya di bukit
Pegat –desa Kutuh Kintamani-Bangli, maka atas persetujuan I Gusti Ayu Surung diajaklah I Gusti Ayu Surung ke Desa Madenan.
Di Madenan
beberapa bulan kemudian - I Gusti Ayu Surung melahirkan seorang putra diberi
nama I Gusti Manik Galih. I Gusti Manik Galih berkeluarga di Madenan dan berputra
I Gusti Alit Mandala. I Gusti Alit Mandala tumbuh sebagai seorang pemuda
tampan, pintar dan pandai bergaul.
I Gusti
Alit Mandala bersahabat dengan Pasek Gelgel banjar Pengaji Bondalem. Persahatan
tersebut dimulai karena Pasek Gelgel Banjar Pengaji Desa Bondalem sering
berkunjung ke Desa Madenan menjumpai
keluarganya di Banjar Pengaji Desa Madenan. I Gusti Alit Mandala - pun sering
bertandang ke rumah Pasek Gelgel Banjar pengaji di Desa Bondalem.
Suatu
ketika I Gusti Alit Mandala menyampaikan niatnya untuk tinggal di Bondalem
karena di Bondalem dirasa lebih ramai dan memberi peluang untuk maju dibandingkan
dengan di Madenan. Saat itu Desa Madenan masih dikelilingi hutan lebat dan
pohon-pohon kopi yang tinggi-tinggi dan binatang buas seperti Harimau Bali
masih sering berkeliaran sehingga sulit berkomunikasi dengan desa-desa
sekitarnya. Jarak Desa Madenan dan Bondalem sekitar 7 km. Niat I Gusti Alit Mandala untuk tinggal di
Desa Bondalem disambut baik oleh Pasek
Gelgel Banjar pengaji Madenan dan Bondalem, maka berangkatlah I Gusti Alit Mandala bersama
Pasek Gelgel Banjar Pengaji
Bondalem ke
Desa Bondalem.
Di Desa Bondalem I Gusti Alit Mandala membuat rumah dan hidup bertetangga dengan Pasek Gelgel banjar Pengaji Bondalem. Bahkan I Gusti Alit Mandala membuat pemujaan sederhana untuk para leluhurnya berdampingan dengan pemujaan leluhur Pasek Gelgel Banjar Pengaji Bondalem yang sudah dianggap sebagai saudaranya sendiri.
Di Desa Bondalem I Gusti Alit Mandala membuat rumah dan hidup bertetangga dengan Pasek Gelgel banjar Pengaji Bondalem. Bahkan I Gusti Alit Mandala membuat pemujaan sederhana untuk para leluhurnya berdampingan dengan pemujaan leluhur Pasek Gelgel Banjar Pengaji Bondalem yang sudah dianggap sebagai saudaranya sendiri.
Sebagai
kenangan terhadap tempat persembunyian Gusti Ayu Surung maka pratisentana Alit
Mandala mendirikan sebuah pura Pedadyaan di Yeh Aas Ningkan yang sekarang
dikenal sebagai Pura Taman Sari-sedangkan penduduk Desa Madenan menyebutnya
sebagai Pura Menale.
Pura
Pedadyaan Mandala Taman Sari berdekatan
dengan Pura Dalem Desa Madenan, berjarak sekitar 100 m.
Hutan Aas
ningkang tempat Pura Dalem Desa Madenan Berdiri dan sekitarnya dalam catatan
peristiwa sudah 2 kali menyelamatkan kehidupan manusia yaitu :
1. Peristiwa pertama : I Gusti Ayu
Surung –Isteri Gusti Kaler Pacekan - sekitar abad 16-17 M bersembunyi sambil
berdoa di Pura dalem Madenan dan ditemukan di bulakan/sumber air petirtaan - sekarang
dikenal dengan nama Taman sari-berjarak sekitar 100 meter dari pura Dalem
Madenan.
2. Peristiwa Kedua : Pada tahun 1965
sehabis peristiwa G 30 S/PKI. Para tertuga PKI yang akan di eksekusi mati di
Desa Madenan- terhindar dari Eksekuti Mati berkat upaya seorang keturunan
Kiyayi Gusti Agung Pasek Gelgel banjar
Pengaji Desa Madenan yang bernama I Gede Diksa Negara. I Gede Diksaa Negara saat
itu menjabat sebagai ketua Ranting Partai Nasional Indonesia (PNI) sedangkan kakak beliau yang
bernama I Made Klerek menjabat sebagai Prebekel (Kepala Desa) Madenan. Berkat
upaya I Gede Diksa Negara – maka eksekusi mati terhadap para terduga PKI gagal
dilaksanakan di rumah keluarga I Gede Diksa Negara yang sekaligus digunakan
sebagai Kantor Prebekel. I Gede Diksa Negara meminta kepada para algojo dari desa Bondalem untuk meninggalkan rumah I Gede
Diksa Negara karena kalau sampai ada pembunuhan dirumahnya maka rumahnya – menurut
kepercayaan orang Bali akan leteh. I
Gede Diksa Negara juga mengatakan kepada para Algojo yang sudah sempat
mengayunkan pedangnya ke leher salah satu terduga PKI yang tidak berdaya karena
tangan dan kakinya diikat dan lehernya sudah ditandalkan/diletakkan pada balok – balok kayu (ada sekitar 15 orang yang akan
dieksekusi/penggal) - oleh I Gede Diksa Negara secara reflek tangan sang algojo ditangkap dan meminta tidak melakukan pembunuhan
ditempatnya. Dan meminta untuk meninggalkan rumahnya dan masalah Madenan akan
diselesaikan oleh rakyat Madenan sendiri. Situasi yang sangat menegangkan
tersebut ditambah jeritan lantang tangisan
histeris isteri I Gede Diksa Negara yang bernama Nyoman Estran sambil
memeluk kaki suaminya, mengundang para penduduk Desa Madenan berdatangan
kerumah I Gede Diksa Negara. Melihat
situasi yang menegangkan tersebut para Algojo segera menyarungkan pedangnya dan
pergi meninggalkan rumah Gede Diksa Negara. Setelah para Algojo pergi meninggalkan Desa
Madenan, maka para terduga PKI diminta untuk bersembahyang di Pura Dalem
Madenan dan tinggal (bersembunyi) di pengantungan tali dekat Pura dalem Madenan
sampai keadaan Negara benar-benar aman. Sedangkan untuk kebutuhan hidup
sehari-hari mereka diberi wewenang untuk menggarap tanah milik keluarga (Warisan)
I Gede Diksa Negara dan Made Klerek dipengantungan tali untuk ditanami singkong
dan jagung. Sekarang pengantungan tali diwariskan kepada keluarga Made Klerek
sedangkan Keluarga I Gede Diksa menguasai tanah di Bakung.
Dari dua
peristiwa Kemanusiaan ini membuat keyakinan akan kesucian Pura Dalem Desa
Madenan
Pura dalem Madenan-konon merupakan bekas lokasi kuburan kuno Desa Alas Gunung Sari. Desa Alas Gunung Sari adalah cikal bakal Desa Madenan. Sedangkan bekas lokasi desa Alas Gunung Sari kini dikenal dengan nama pekarangan-terletak disebelah selatan pengantungan tali. Sedangkan di lokasi bekas kuburan Desa Alas Gunung Sari terdapat pura Dalem Desa Madenan- berlokasi sekitar ½ km disebelah utara pekarangan. dan sekitar 2 km sebelah timur desa Madenan masa kini. Berjarak 100 meter kearah timur laut Pura Dalem Desa Madenan - terdapat bulakan/petirtaan yang kini telah berdiri pura pedadyaan Mandala yang dikenal dengan nama pura Taman Sari yang disungsung oleh Pratisentana Mandala Desa Bondalem.
Lihat Juga
ILMU
SOSIAL
ILMU PSIKOLOGI
TENTANG HINDU
http://parisadhaoku.blogspot.com/2014/01/meninggalkan-agama-hindu-tidak-akan.html http://www.encyclopediaofauthentichinduism.org/articles.html
BABAD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar