Mpu Gnijaya
Menikah
dg Bidadari Manik Geni
di
Daha Kahuripan Jaman Prabu Airlangga
I
Mpu Ketek
di Kediri
Menikah dg anaknya
Arya Padang Subadra
seorang Arya yang berkuasa
di Padang Subadra
Wilayah kerajaan Kediri
I
1--------------------------------------------------2
Sanghyang Pemacekan Arya Kepasekan
Menjadi Sulinggih di Pemacekan menjadi Arya di Kepasekan
Wilayah Kerajaan – Kediri wilayah Kerajaan
Kedirii
Jawa Timur Jawa
Timur
I
I
1--------------------2 1------------------2---------------------------3
1--------------------2 1------------------2---------------------------3
Mpu Pemacekan Dewi Luh Pasek KGA.
Pemacekan I KGA.
Kepasekan
Melanjutkan Girinata menjadi penguasa menjadi penguasa
Profesi leluhurnya wilayah Pemacekan di wilayah
Kepasekan
Menjadi sulinggih Wilayah
Kediri Kediri
–Jawa Timur
Di Griya Pemacekan
Kediri Jawa Timur
I
I
1-----------------------2-------------------------------------------------------3
Luh Ayu Ler Mpu
Jiwanata Arya Pemacekan I
Anggota Dang Menjadi Arya di Pacekan
Upadhyaya dekat
Tuban-Wilayah
Di Majapahit (Majapahit)
I I
I
I
1 1--------------------2-------------------3------------------4
K.G.A Padang Subadra II Luh Pasek
KGA. Pemacekan II Kiyayi Kiayi
Menjadi
penguasa di Wilayah menjadi
penguasa Mandala
Umbaran
Padang Subadra-dikirim ke
Bali di Pacekan (Arya Pacekan)
pada Invasi Majapahit th.1343 dekat Tuban dikirim ke Bali
menyertai Gajah Mada. Dikirim ke Bali saat pemberontakan
menyertai Baliaga
th. 1352
Gajah Mada
th. 1343
I
I
1--------------------------------------------------2
Kiyayi Gusti Agung Pasek Subadra II Pangeran Tohjiwa
berperan pada awal Gelgel berperan
pada awal Gelgel
I I
I I
1---------------------------------------2
1
Pasek Subadra Pasek
Kurubadra Pasek Tohjiwa
menjadi pandita (dukuh Suladri)
Di Taman Bali- Bangli
Putra tertua Mpu Gnijaya
adalah Mpu Ketek, beliau bersama ke enam saudaranya berasrama di Kuntoliku – di
pinggir sungai Kunto – di lembah pengunungan Kelud – Wilayah Kediri – Jawa
Timur. Adapun ke 7 (tujuh) anak-anak Mpu Gnijaya yang dikenal sebagai Sanak Pitu adalah :
1. Mpu Ketek
2. Mpu Kananda
3. Mpu Wiradnyana
4. Mpu Witadharma
5. Mpu Ragarunting
6. Mpu Prateka
7. Mpu Dangka
Mpu Ketek menikahi putri
seorang Arya Kediri yang berkedudukan di
Wilayah Padang Subadra (Arya Padang
Subadra). Dari pernikahan Mpu Ketek dengan putrinya Arya Padang Subadra
dikaruniai 2 orang putra yaitu :
1. Sanghyang Pemacekan : melanjutkan profesi orang tuanya
menjadi sulinggih/Brahmana berasrama di Griya Pemacekan – wilayah Kediri Jawa
Timur
2. Arya Kepasekan : menjadi Arya/Patih di Kediri dengan
kedudukan di wilayah Kepasekan (kini
dusun Kepasekan) – Wilayah Kediri – Jawa
Timur.
Sanghyang Pemacekan
menikahi mindon-nya yang bernama Ni Dewi Dwaranika - anaknya Mpu Ciwagandu-cucu
Mpu Beradah, mempunyai putra dan putri bernama :
1. Mpu Pemacekan : melanjutkan sebagai Sulinggih/Brahmana di
Griya Pemacekan-Jawa Timur,
2. Ni Dewi Girinata seorang putri, diambil istri oleh Mpu
Lampita. Dari pernikahan Ni Dewi Girinata dengan Mpu Lampita melahirkan putra bernama Mpu Dwijaksara. Mpu
Dwijaksara dikirim ke Bali ( kira-kira
tah. 1320 -an) oleh Gajah Mada atas perintah Raja kalagemet Raja Majapahit
(1309-1328 M) berasrama di Gelgel.
Mpu
Dwijaksara berangkat ke Bali disertai oleh keluarganya - diantaranya anaknya
yang bernama Mpu Jiwaksara.
Pada
Saat Sri Tapohulung naik Tahta Kerajaan Bali tahun 1337-1343 Mpu Jiwaksara
diangkat sebagai Patih Amangkubumi bergelar Ki Patih Ulung
– Seorang Patih Amangkubumi-nya Sri Tapohulung/ Sri Astasura Ratna Bumi
Banten.
Pada
Masa transisi pemerintahan dari Raja Bedahulu/Sri Tapohulung ke Jaman Majapahit – Ki Patih Ulung (d/h. Mpu
Jiwaksara) diangkat sebagai Adipati/Raja Bali - dibawah Raja Majaphit bergelar
Kiyayi Gusti Agung Pasek Gelgel berkedudukan di Gelgel –Klungkung-Bali.
Pada tahun 1222 para
Brahmana di Kediri berselisih dengan Dangdang Gendis/Kertajaya-penguasa/raja
Kediri, sehingga Mpu Pemacekan bersama
sanak saudaranya pergi meninggalkan Kediri menuju Pasuruan (keluarga yang lain ada yang ke Tumapel). Pada
saat Raden Wijaya memproklamasikan berdirinya Majapahit, anak cucu dan kerabat Mpu
Pemacekan diundang ke Majapahit untuk membantu kerajaan yang baru berdiri.
Mpu Pemacekan di Pasuruan
mempunyai 3 Orang Putra-putri yaitu :
1.
Ni Luh Ayu Ler
2.
Mpu Jiwanata :
pindah ke Majapahit pada saat Raden Wijaya mendirikan kerajaan Majapahit dan
menjabat sebagau anggota Dang Updahyaya ketajaan Majapahit
3.
Arya Pemacekan –
pindah ke Majapahit – diangkat menjadi
Arya Majapahit berkedudukan di Wilayah Pacekan (sesuai dengan nama yang
dibawanya dari Kediri) – Dekat Tuban – Jawa Timur, karena berkedudukan di
Pacekan maka Arya Pemacekan disebut juga Arya Pacekan. Pemacekan di Kediri dan
Pacekan di Majapahit (dekat Tuban) merupakan nama penghormatan terhadap sesepuh
atau penguasa di daerah tersebut yaitu Mpu Pemacekan orang tua dari Arya
Pemacekan yang berasal dari Kediri yang kemudian menetap di daerah tersebut.
Arya Pemacekan di Majapahit
(Pacekan) mempunyai 4 orang Putra dan Putri yaitu:
1.
Luh Pasek
2.
Kiyayi Gusti
Agung Pemacekan/Ki Ageng Pemacekan bekedudukan di Pacekan – Dekat Tuban- Majapahit
Jawa Timur
3.
Kiayi Mandala :
menjadi Arya di Pacekan
4.
Kiyayi Umbaran
menjadi Arya di Pacekan
KGA Pemacekan, atau lebih
dikenal sebagai Arya Pacekan (II)
dikirim ke Bali menyertai Gajah
Mada menyerang kerajaan Bali dari Wilayah Bondalem pada
tahun 1343, sedangkan Kiyayi Mandala dan Kiayi Umbaran yang lebih dikenal
sebagai Arya Pacekan (sesuai dengan nama tempat tinggalnya) dikirim ke Bali pada
saat rakyat Bali Aga memberontak terhadap pemerintahan Dalem Sri Kresna
Kepakisan tahun 1352. Keturunan Kiyayi mandala dan Kiyayi Umbaran masih dalam pelacakan, apakah mereka pulang
ke Jawa atau mempunyai keturunan di Bali?. Dalam beberapa babad yang ada di Bali ada yang
disebut Gusti Kaler Pacekan pejabat
kerajaan Bali pada masa Raja Gelgel
V (Dalem Di Made) - tetapi dalam
babad-babad tersebut mereka disebut berasal
dari Trah Airlangga di Kepakisan-Kediri Jawa Timur- bukan Trah Pemacekan-Kediri
ataupun
trah Pacekan-Majapahit.
Anak Mpu Jiwanata yang
bernama KGA. Padang Subadra (II) diangkat menjadi penguasa di Padang
Subadra-Sekitar Kediri-yang sudah dikuasai Majapahit. KGA.Padang Subadra (II)
dikirim ke Bali pada invasi Majapahit ke kerajaan bali th. 1343-menyertai Gajah
Mada menyerang Kerajaan bali dari arah Tianyar.
Anak Mpu Ketek yang lain
bernama Arya Kepasekan-menjadi Arya di wilayah Kepasekan –Kediri - Jawa Timur.
Arya Kepasekan mempunyai 2 (dua) Putra dan 1 (satu) Putri anak yaitu :
1.
Luh Pasek. Luh
Pasek menikah dengan sepupunya KGA. Padang Subadra (pewaris Arya Padang Subadra
– Kediri - Jawa Timur) mempunyai putra diberi nama KGA Pasek Padang Subadra –
melanjutkan dinasti Padang Subadra di Jawa Timur
2.
Kiyayi Gusti Agung Pemacekan I/Ki Ageng
Pemacekan – menjadi penguasa di Wilayah
Pemacekan-Kediri-Jawa Timur
3.
Kiyayi Gusti Agung Kepasekan/ Ki Ageng
Kepasekan – menjadi penguasa di Kepasekan – Kediri- Jawa Timur.
Kiyayi Gusti Agung
Kepasekan I dikirim ke Bali oleh Raja Kertanegara pada invasi raja Kertanegara
(singhasari) th.1286, di Bali beliau mempunyai 2 orang Putra yaitu K. Gusti
Pasek Gelgel dan K.Gusti Pasek Denpasar.
Jadi 3 (tiga) wilayah di Jawa Timur yaitu Pemacekan,
Kepasekan dan Padang Subadra, kemudian secara
turun temurun dikuasai oleh keturunan Mpu Ketek, ada yang menjadi sulinggih
dengan Abhiseka sesuai dengan nama tempat tinggalnya ada yang menjadi Arya
(Patih) dan Agung (Raja dibawah Raja
Kediri - Singhasari kemudian Majapahit)
Para Arya dan Agung keturunan
Mpu Ketek inilah yang menyertai Kebo Parud – Zaman Singhasari (1286) dan Gajah
Mada – Zaman Majapahit (1343) menyerang Bali. Sehingga banyak anak cucu
keturunan Mpu ketek bermukim di Bali.
Keturunan Mpu Ketek di Jawa
dalam Pelacakan
Selain itu banyak pula Keturunan
Mpu Ketek di Jawa yang karena kurun waktu sejarah-mereka tidak dapat dilacak
keberadaannya –terutama dari keturunan yang menjadi penguasa di Pemacekan dan
Kepasekan, Kecuali atas ceritra rakyat
turun temurun - diantaranya ditemukannya makam suami-isteri yang dipuja dan dikeramatkan oleh penduduk di Dusun Kepasekan daerah
Tawangmangu – Kabupaten Karang Anyar - Jawa-tengah. Penduduk dusun Kepasekan
meyakini bahwa makam tersebut adalah makam suami-isteri sesepuh desanya yang
bernama Ki Ageng Pemacekan - kini makam tersebut telah dipugar oleh Mahagotra
Sanak Sapta Rsi menjadi Pura Pemacekan - yang disungsung oleh keluarga
Mahagotra Pasek Sanak Sapta Rsi di seluruh Indonesia terutama wilayah Solo dan
Sekitarnya.
Runtuhnya Majapahit tahun
1478 M menyebabkan tersebarnya keurunan
Mpu Ketek yang berdomisili di Majapahit. Mungkin diantara mereka ada yang
merantau ke Bali –karena setelah Majapahit Runtuh-satu-satunya kerajaan Hindu
yang masih cukup kuat di Nusantara adalah kerajaan Bali-Jadi kemungkinan besar
keluarga Keturunan Mpu Ketek yang masih di Jawa datang Ke Bali setelah
Majapahit Runtuh - atau setelah Restrukturisasi masyarakat Bali kedalam 4 kasta oleh Dalem Waturenggong atas usul Bhagawanta kerajaan Danghyang Nirartha.
Lihat selanjutnya :
ILMU
SOSIAL
ILMU
PSIKOLOGI
TENTANG
HINDU
BABAD
KI PATIH ULUNG/KI GUSTI AGUNG PASEK GELGEL
MPU KETEK;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar