Selasa, 12 Februari 2013

ber Investasi di Sorga


Oleh : Dr. ING. Mudiarcana

Untuk menuju sorga, seseorang  perlu melakukan 4 (empat) hal  selama hidupnya di dunia/mayapada. Ke empat hal tersebut, yaitu :
1.      Ber-Yadnya,
2.      Ber- Dana punia
3.      Ber-Tapabrata  dan
4.      Ber Karma yang baik 

Yajna dana tapah karma na tyajyam karyam ewa tat, yajno danam tapas cai’wa pawanani manisinam ( BG. XVIII.5)

Beryadnya, berdana, bertapa dan karma jangan diabaikan, melainkan harus dilakukan, sebab beryadnya,ber-danapunia, ber-tapabrata adalah pensuci bagi orang arif bijaksana.

1.      Yadnya

Bekal/Infestasi pertama  untuk dibawa ke Sorga yaitu : Ber-Yadnya / Bhakti kepada Hyang Widdhi yang kita lakukan selama hidup di Dunia/Mayapada

Yadnya harus dilakukan menurut petunjuk kitab suci dengan tidak mengharap pahala,dan percaya sepenuhnya upacara ini sebagai tugas kewajiban sebagai wujud bakti kepada Hyang Widdhi. Yadnya dilakukan bukan semata-mata untuk keperluan kemegahan belaka.  Apalagi apabila yadnya dilakukan tanpa menurut peraturan kitab suci dimana makanan tidak dihidangkan, tanpa diserta mantra tanpa daksina dan tanpa keyakinan.(BG.XVII.11-13)

Semua yadnya harus ditujukan untuk mengagungkan kemuliaan Hyang Widdhi, karena Hyang Widdhi-lah yang menerima semua yadnya dan tapa seperti sabda Bagawad Gita  berikut :

Bhoktaram yajnatapasam, sarwaloka maheswaram, sahridam sarwabhutanam, jnatwa mam santim ricchati (BG. V.29)

Artinya
Dengan mengetahui Aku sebagai penerima segala yadnya dan Tapa, Tuhan seru sekalian alam, pencipta semua mahluk, ia mencapai kedamaian abadi

Sri Krisna bersabda : “ Ada tiga macam kepercayaan (sraddha), yang dibentuk oleh watak badan rokh yaitu bersifat sattwika, rajasika dan tamasika. Kepercayaan tiap-tiap individu tergantung pada sifat wataknya,  manusia terbentuk oleh kepercayaannya, apa kepercayaannya begitu pula watak nya”.(BG. XVII.2-3)

Orang yang bersifat Satwika menuja Dewa- Dewa, yang bersifat Rajasika memuja Yaksa dan Raksasa, sedangkan yang bersifat Tamasika memuja roh orang mati dan Butakala (=setan)”  (BG. XVII.4)

Dengan berbakti kepada-Ku, ia mengetahui Aku, siapa dan apa sesungguhnya Aku itu dan dengan mengetahui hakekat-Ku, ia mencapai Aku dikemudian hari. (BG.XVIII.55)

Berlindunglah engkau hanya kepada-Ku, dengan seluruh jiwa ragamu, Oh Bharata, dengan restu-Ku engkau akan mencapai kedamaian tertinggi dan tempat yang kekal abadi (BG.XVIII.63)

Dengan memusatkan pikiranmu kepada-Ku, engkau menjadi pengikut-Ku, bersujud kepada-Ku, sembahlah Aku, engkau akan tiba kepada-Ku, Aku berjanji sepenuhnya kepada-mu sebab engkau Aku kasihi. (BG.XVIII.65)

2.      Berdanapunia

Bekal/infestasi ke dua yang dibawa ke Sorga yaitu : Dana/Ber-Dana punia yang kita lakukan selama hidup di Dunia/Mayapada

Danapunia atau sedekah harus diberikan tanpa mengharap kembali, dengan keyakinan sebagai tugas untuk memberikan pada tempat penerima yang patut misalnya di Pura atau tempat-tempat Suci, anak anak yatim piatu, orang-orang jompo yang tidak punya keluarga. Danapunia seperti ini disebut satwikam.smrtam (BG.XVII.20)

Danapunia atau sedekah yang diberikan dengan harapan untuk didapat kembali atau memperoleh keuntungan dikemudian hari dan dengan perasaan tidak tulus sedekah seperti ini disebut Rajanam smritam(BG.XVII.21)

Danapunia atau sedekah yang diberikan pada kesempatan dan waktu yang salah, kepada mereka yang tidak patut (misalnya diberikan untuk berjudi, membeli minuman keras atau Narkoba) dan tanpa upacara dan penghinaan disebut tamasa (tamasam udahritam) (BG.XVII.23)

Selalu mempersembahkan Dana punia merupakan infestasi/bekal ke dua Umat Hindu menuju sorga/moksa setelah beryadnya/bhakti/sembahyang. Selain sebagai infestasi di sorga Ber-Dana Punia yang rutin dilakukan juga berfungsi untuk men-sucikan harta benda (rejeki) yang kita peroleh. Sebab dengan men-Dana punia-kan sebagian harta yang kita peroleh maka harta benda kita akan me-sari.  Dalam Sarasamuscaya sloka 261, 262, 263 dan Ramayana sarga II bait 53, 34 disebutkan bahwa harta yang didapat (hasil guna kaya) hendaknya dibagi tiga yaitu untuk kepentingan: Dharma 30%, Kama 30%, dan Dana harta ( Modal Usaha 40%.

3.      Bertapa Brata

Bekal/infestasi  ketiga untuk dibawa ke Sorga yaitu: Tapa/Tapabrata yang kita lakukan  selama hidup di Dunia/Mayapada

Yang dimaksud bertapa-brata (tapa) adalah pengendalian diri  yang  dilakukan dengan hormat kepada para Dewa-Dewa, para Dwijati, Guru dan orang Arif bijaksana dengan cara sauca/suci, arjawa/benar, brahmacari/berguru kepada brahmana, dan ahimsa/tidak menyakiti atau membunuh mahluk lain disebut bertapa dengan badan/perilaku( Sariram tapa ucyate)(BG.XVII.14)

Kata-kata yang tidak melukai hati/tidak menyinggung perasaan/tidak menyebabkan orang marah                   (Anudwegakaram wakyam), dapat dipercaya (satyam wakyam), lemah-lembut dan berguna (Priyahitam wakyam), demikian pula membiasakan diri dalam mempelajari kitab-kitab weda (swadhyayabhyasananam)  ini dinamakan bertapa dengan ucapan (wanmayam tapa ucayate) (BG.XVII.15)

Pikiran tenang(Manahprasadah), bersikap lemah lembut(Saumyatwam), pendiam(maunam), mengendalikan diri(atmawinigrah), jiwa suci(bhawasamsuddhir), ini semua disebut bertapa dengan pikiran(Tapo manasam ucyate) (BG.XVII.16)

Bertapa dengan badan, bertapa dengan ucapan/kata-kata dan bertapa dengan pikiran disebut juga Trikaya parisudha, tiga hal yang harus disucikan yaitu :mensucikan  perbuatan /badan (Kayka parisudha), mensucikan ucapan/kata-kata (Wacika parisudha) dan mensucikan pikiran/perasaan (Manacika parisudha)

Selain ber Tri Kaya Parisudha, bertapa juga dilakukan dengan pengendalian makan dan minum  serta pengendalian Kama ( napsu seksual )

Makanan yang menyehatkan, memberi hidup, memberi kekuatan, tenaga, kebahagiaan dan kesenangan, terasa lezat, lembut, menyegarkan dan enak adalah yang disukai oleh sattwika,

Makanan yang pahit, asam, asin, pedas banyak rempah rempah, membakar, yang menyebabkan kesusahan, kesedihan dan penyakit (misalnya Alkohol dan Narkoba) disukai oleh Rajasika

Makanan usang atau basi, hilang rasa, busuk, berbau tidak sedap, sisa-sisa, tidak bersih adalah makanan yang sangat digemari oleh tamasika.

4.      Karma

Bekal/infestasi ke empat yang akan dibawa ke Sorga adalah :  Karma/perilaku hidup kita sehari-hari di Dunia/Mayapada

Karma atau perilaku sehari-hari, merupakan infestasi (modal/bekal)  ke 4 menuju pensucian diri supaya sang atma bisa mencapai Sorga. Berperilaku yang suci   atau mensucikan  perbuatan (Kayka parisudha).  Yaitu melakukan perbuatan sesuai Dharma dan menghindari perbuatan Adharma.

Yang termasuk perbuatan Adharma yaitu : Sad Ripu dan Sad Atatayi
Sad Ripu adalah enam jenis musuh yang timbul dari sifat-sifat manusia itu sendiri, yaitu:
1.      Kama artinya sifat penuh nafsu indriya.
2.      Lobha artinya sifat loba dan serakah.
3.      Krodha artinya sifat kejam dan pemarah.
4.      Mada artinya sifat mabuk dan kegila-gilaan.
5.      Moha artinya sifat bingung dan angkuh.
6.      Matsarya adalah sifat dengki dan iri hati.

 Sad Atatayi berasal dari bahasa Jawa kuno (Kawi), terdiri dari dua kata yaitu : "Sad" artinya enam, dan "Atatayi" artinya kejahatan. Jadi sad atatayi artinya enam kejahatan yang dilarang Agama Hindu yaitu :
1.      Agnida: membakar rumah atau milik orang lain, termasuk meledakkan bom,
2.      Wisada: meracuni orang atau mahluk lain.
3.      Atharwa: menggunakan ilmu hitam (black magic) untuk menyengsarakan orang lain.
4.      Sastraghna: mengamuk atau membunuh tanpa tujuan tertentu karena marah.
5.      Dratikrama: memperkosa, pelecehan sex.
6.      Rajapisuna: memfitnah

Dalam Bhagavadgita XVI.21-22. Kama (nafsu sex), krodha (marah) dan lobha (serakah) disebutkan sebagai tiga jalan menuju neraka (Triwidham narakasye’dam), Jalan untuk menuju kehancuran diri (dwaram nasanam atmanah ), sehingga ketiganya harus disingkirkan (tasmad etat trayam tyajet) dari diri manusia. Orang yang bisa membebaskan diri dari Kemarahan, Keserakahan, dan Nafsu sexual yang tidak pantas,  dan berbuat untuk kemuliaan Tuhan YME akhirnya bisa mencapai tempat yang tertinggi ( sorga bahkan moksa)

KESIMPULANNYA

Setiap umat Hindu harus melaksanakan
    1. Yadnya        : Selalu berbakti/bersembahyang kepada Hyang Widdhi
    2. Dana           : Selalu mendana puniakan sebagian harta guna kaya yang diperoleh
    3. Tapa     :Melakukan penghendalian diri, pengendalian terhadap pikiran, perkataan, pengendalian terhadap badan, pengendalian terhadap makan, minum dan nafsu seksual
    4. Karma        : Yaitu selalu perbuat yang baik /Subakarma


 LINK KE

Kerukunan-dan-toleransi-umat-beragama